Pengertian Husnuzan dalam Islam

Pengertian Husnuzan dalam Islam – Saudaraku yang dimuliakan oleh Allah, salah satu cara untuk bisa hidup bahagia selama di dunia dan mati masuk surga adalah dengan senantiasa memunculkan yang positif dan menghilangkan yang negatif.

Apa maksudnya?

Mungkin Anda bertanya apa maksud dari “memunculkan yang positif dan menghilangkan yang negatif”. Yang positif maksudnya adalah berprasangka baik (positif), sedangkan yang negatif adalah berprasangka buruk (negatif).

Apa kaitannya dengan bahagia dunia dan akhirat?

Kaitannya adalah tentang “penyakit hati”. Sifat buruk sangka adalah salah satu penyakit hati yang dapat menghasilkan sifat buruk lainnya, seperti congkak, dendam, zalim, dengki, memfitnah, sombong dan berbangga diri.

Dan apabila sifat-sifat tersebut dimiliki oleh seseorang, maka dia akan menjadi manusia yang senantiasa resah, gelisah dan tidak tenteram karena selalu berusaha mencari aib dan kelemahan orang lain, sehingga tidak ada waktu untuk mengingat Allah Swt.

Sampai sini faham? Yuk kita lanjut…

Prasangka baik dan prasangka buruk adalah dua hal yang berbeda. Yang satu merupakan larangan agama, dan yang satunya lagi adalah perintah agama. Yang satu memberi efek pada kezaliman (dosa), sedangkan yang satunya lagi berefek pada kebajikan (pahala).

Baca juga: 10 Dampak Negatif Melakukan Dosa/Kejahatan

Keduanya merupakan sunnatullahh fitrah manusia, yaitu sebuah hukum alam yang pasti melekat pada setiap manusia. Sebab, Allah Swt. menciptakan segala sesuatu secara berpasang-pasangan, termasuk dalam hal berprasangka terhadap orang lain.

Ada yang berprasangka baik dan ada juga yang berprasangka buruk. Nah, baik (positif) dan buruk (negatif) dalam hal ini adalah berpasang-pasangan.

Tetapi faktanya, manusia secara fitrah akan cenderung pada yang baik (positif), tetapi tidak sedikit pula yang justru lebih menyukai atau mengedepankan yang negatif.

Apabila pikiran positif yang ia prioritaskan, maka ganjarannya adalah pahala yang sangat besar, termasuk jalan pintas menuju surga-Nya. Sedangkan apabila prioritasnya adalah pikiran negatif, maka ganjarannya adalah dosa dan neraka.

Oleh karena itu, Islam membebaskan umatnya untuk memilih salah satu dari keduanya, dengan konsekuensi yang telah kami sebutkan di atas.

Lalu bagaimana pandangan Islam mengenai berbaik sangka dan berburuk sangka? Berikut penjelasan singkatnya:

1. Berbaik sangka dalam Islam 

Berbaik sangka sering kita sebut dengan istilah Husnuzan . Lalu, kepada siapakah kita harus ber-Husnuzan ? Tentu saja kepada Allah Swt, kepada sesama manusia, dan kepada ia sendir.

a. Berbaik sangka kepada Allah Swt.

Husnuzan atau berbaik sangka kepada Allah adalah salah satu sifat “wajib” yang harus melekat pada setiap orang mukmin. Sebab, hal tersebut merupakan perintah agama yang sekaligus menjadi konsekuensi logis dari keimanan kita kepada-Nya. Semakin kuat iman seorang mukmin, maka semakin tinggi pula Husnuzan -nya kepada Allah Swt. 

Contoh Husnuzan kepada Allah misalnya adalah bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita, selalu beranggapan bahwa Allah selalu mengasihi kita, berkeyakinan bahwa Allah akan memberikan takdir terbaik untuk kita, dan lain-lain.

Baca juga:

Dalam HR. Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban terdapat penjelasan bahwa Allah Swt. akan membalas prasangka hamba-Nya tentang diri-Nya. Apabila kita berprasangka baik, Dia-pun akan berprasangka baik pula. Dan sebaliknya, apabila kita berprasangka buruk, Dia-pun juga akan berlaku demikian.

b. Berbaik sangka dengan manusia

Husnuzan atau berprasangka pada sesama manusia adalah semua orang harus kita pandang baik sebelum terbukti  bersalah atau keliru, sehingga tidak menimbulkan kekacauan atau fitnah dalam pergaulan.

Hal ini sangat penting kami sampaikan sebab realitasnya kebanyakan orang lebih cenderung berburuk sangka terhadap orang lain. Bahkan ada yang terbiasa menilai buruk seseorang lewat penampilannya saja tanpa harus tahu bagaimana isi hatinya.

2. Berburuk sangka dalam Islam

Berburuk sangka sering juga kita sebut suu’udzon. Hampir setiap manusia pernah melakukan ini. Tetapi dalam Islam, suu’udzon terbagi menjadi dua hukum:

  • Pertama adalah suu’udzon dihukumi haram apabila dilakukan terhadap Allah Swt., Rasul-Nya dan kepada orang-orang mukmin.
  • Kedua adalah suu’udzon dihukumi wajib dalam pengertian diperbolehkan apabila dilakukan kepada orang kafir, di mana orang-orang kafir itu secara terang-terangan memusuhi Allah Swt., Rasul-Nya dan orang-orang mukmin. Selain itu, suu’udzon juga boleh dilakukan kepada orang-orang mukmin yang dikenal terang-terangan berbuat maksiat, menghalangi jalan Allah dan tidak berkomitmen terhadap Islam.

Itulah cara agar kita dapat hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Dan inti dari semuanya tadi adalah kita harus bisa “membersihkan hati dari segala macam penyakit batin. Dan salah satu caranya adalah dengan melatih diri untuk Husnuzan . Mungkin cukup sekian pembahasan mengenai Pengertian Husnuzan dalam Islam. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam

Tagged with:
husnuzan
You might also like
Surat An-Naba’: Pokok Kandungan, Keutamaan dan Manfaatnya

Surat An-Naba’: Pokok Kandungan, Keutamaan dan Manfaatnya

Surat Yusuf: Pokok Kandungan, Keutamaan dan Khasiat

Surat Yusuf: Pokok Kandungan, Keutamaan dan Khasiat

Dalil Hadits Tentang Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

Dalil Hadits Tentang Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua

5 Macam-Macam Hukum Air Dalam Fiqih Islam

5 Macam-Macam Hukum Air Dalam Fiqih Islam

Inilah Rukun-rukun dalam Shalat Lengkap

Inilah Rukun-rukun dalam Shalat Lengkap

Jodoh Menurut Islam: Pasti Aku Bertemu Jodohku

Jodoh Menurut Islam: Pasti Aku Bertemu Jodohku