Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang sangat mulia, berkah, agung, dan penuh akan keutamaan. Pada malam itu, kemungkinan besar doa kita akan Allah Swt. kabulkan. Sebab, malam ini sangatlah mulia (bahkan) jika kita bandingkan dengan malam Jumat sekalipun.
Sebagaimana firman Allah bahwa malam Lailatul Qadar adalah malam yang lebih utama daripada seribu bulan. Maksudnya adalah bahwa bangun malam dan berbuat kebaikan di malam tersebut itu lebih baik daripada amal kebaikan yang kita lakukan pada seribu bulan lainnya.
Rasulullah Saw. bersabda, “Barang siapa bangun pada malam Lailatul Qadar karena iman dan penuh keyakinan, maka dosa-dosanya yang silam akan terampuni.“(HR. Bukhari, Abu Dawud, Turmudzi, dan Nasa’i).
Aisyah mengatakan bahwa jika Nabi Saw. memasuki sepuluh hari terakhir dalam bulan Ramadhan, beliau menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, dan mempererat sarungnya (maksudnya adalah menjauhi istrinya).
Dalam hadis riwayat Ahmad dan Muslim, bahwa Rasulullah Saw. pada saat itu lebih giat lagi melakukan ibadah daripada waktu-waktu sebelumnya. Pada hari terakhir bulan Ramadhan, malam Lailatul Qadar khusus pada malam-malam yang ganjil. Dari Abu Sa’id dan Abu Dzarr, Rasulullah Saw. bersabda, “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, pada saat malam yang ganjil.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Banyak sekali hadis yang meriwayatkan bahwa malam 10 Hari Terakhir Ramadhan merupakan tempat di mana Lailatul Qadar berada. Tetapi menurut jumhur ulama, ada sebuah riwayat yang sahih bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 27 (dua puluh tujuh) Ramadhan.
Ubay bin Ka’ab berkata, ” Demi Allah, Ibnu Mas’ud mengetahui bahwa malam Lailatul Qadar terjadi pada bulan Ramadhan; ia terjadi pada malam kedua puluh tujuh. Akan tetapi, dia tidak mau memberitahukannya kepada kalian, karena khawatir kalian hanya akan mengandalkannya (tanpa berusaha mencarinya pada malam-malam yang lain).” (HR. sekaligus tersahihkan oleh Turmudzi).
Muawiyah menyebutkan bahwa Nabi Saw. mengomentari Lailatul Qadar dan mengatakannya bahwa ia terjadi pada malam kedua puluh tujuh. Pendapat ini lalu mendapatkan dukungan dari Ibnu Abbas, “Surat Al-Qadr terdiri atas tiga puluh kata. Pada kata yang kedua puluh tujuh itulah Lailatul Qadar muncul.”
Ahmad meriwayatkan hadis dengan sanad yang sahih dari Ibnu Umar sebagai berikut, “Barang siapa bermaksud mengincar Lailatul Qadar, maka incarlah pada malam kedua puluh tujuh.” Dalam redaksi lain ada penjelasan, “Incarlah Lailatul Qadar pada malam kedua puluh tujuh.”
Dalam redaksi hadis memang sudah sangat gamblang menyebutkan bahwa malam ini jatuh pada malam ke 27 bulan Ramadhan. Tetapi ada baiknya jika kita berpikir sejenak tentang pendapat Ibnu Mas’ud perihal “hanya mengandalkan Lailatul Qadar”.
Apabila kita terlalu terobsesi dengan malam ini hanya pada malam dua puluh tujuh, maka akan berpotensi mengabaikan malam-malam yang lainnya. Padahal Rasulullah Saw. memberi contoh bahwa beliau meningkatkan ibadahnya ketika telah memasuki 10 akhir bulan Ramadhan. Beliau juga mengatakan bahwa bulan tersebut terjatuh pada tanggal ganjil. Jadi tidak menutup kemungkinan bisa jatuh pada malam 21, 23, 25, atau bahkan 29.
Hikmahnya perahasiaan malam ini adalah agar manusia berusaha mencarinya dan bersemangat dalam beribadah karena berkeinginan untuk mendapatkannya. Perahasiaan itu seperti halnya perahasiaan waktu doa yang terkabulkan pada hari jumat, nama-nama Allah yang paling agung, keridhaan-Nya dalam kebaikan, dan lain-lain.
Tanda malam ini yang paling populer adalah matahari terbit dalam keadaan putih, tidak memiliki pancaran sinar. Sebagaimana hadis dari Ubay bin Ka’ab bahwa Nabi Saw. bersabda, “Pada pagi harinya matahari terbit dalam keadaan putih, tidak memiliki pancaran sinar.” dalam Redaksi lain disebutkan “putih seperti tembaga”. (HR. Al-Khamsah).
Berikut beberapa ciri-ciri malam Lailatul Qadar yang kami kutip dari hadis :
Amalan dalam malam ini tidaklah dibatasi. Kita bisa melakukan ibadah apa saja selagi hal tersebut dianjurkan oleh syariat. Serta tidak melakukan amalan-amalan yang bertentangan dengan syariat. Kita bisa bersedekah, berdzikir, membaca Al-Qur’an, i’tikaf di masjid, dan shalat sunnah.
Untuk shalat sendiri juga bermacam-macam. Mulai dari shalat sunnah tarawih yang rutin kita lakukan sehabis isya’, shalat witir, shalat tahajud, dan shalat hajat. Jangan lupa untuk memperbanyak berdoa “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni”. Dan yang terakhir, berdoalah memohon ampun atas segala dosa-dosa yang kita lakukan dan berdoalah atas hajat kalian. Semoga kita semua diberi kesempatan untuk bertemu dengan malam Lailatul Qadar. Aamin.