Akidah dan Tasawuf Ahlussunnah – Berikut kami jelaskan ajaran ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah mencakup bidang akidah dan tasawuf :
Baca juga : Biografi KH Abdul Wahab Hasbullah Pendiri NU (Nahdlatul Ulama)
Akidah erat kaitannya dengan iman yang secara bahasa berarti percaya, akan tetapi bagi Ahlussunnah Wal Jamaah iman merupakan sebuah perkara harus kita ucapkan dengan lisan dan kita akui dalam hati kemudian kita amalkan dalam perbuatan.
Secara garis besar, Ahlussunnah Wal Jamaah memiliki beberapa ajaran pokok dalam bidang akidah yaitu :
Dari sisi bahasa, tasawuf berasal dari kata Shafaa yang artinya bersih atau suci.
Ada yang mengatakan berasal dari kata Shaff yang berarti barisan dalam salat. Ada juga yang mengatakan berasal dari bahasa Yunani Shopia artinya Hikmah. Akan tetapi tujuannya sama yaitu mementingkan kebersihan batin.
Orang yang mengamalkannya disebut Sufi sedangkan ilmunya disebut tasawuf.
Menurut istilah, tasawuf adalah perpindahan sikap mental, keadaan jiwa dari suatu keadaan kepada suatu keadaan yang lain yang lebih tinggi dan lebih sempurna, pindah dari ilmu kebendaan (bersifat keduniawian) ke alam rohani( akhirat).
Tasawuf membimbing agar kualitas ibadah dan keislaman seseorang benar-benar sempurna.
Selain itu, tasawuf juga membimbing agar manusia mengenali hakikat sebagai hamba yang lemah dan selalu bersandar, berserah diri kepada Allah dalam setiap perbuatannya jam.
Berikut inti ajaran tasawuf, khususnya yang menjadi kepercayaan Ahlussunnah Wal Jamaah:
Junaidi Al Baghdadi |
Untuk ajaran tasawuf Ahlussunnah Wal Jamaah sendiri mengikuti Imam Abul Qosim Junaidi Al Baghdadi dan Imam Al Ghazali.
Junaidi Al Baghdadi merupakan salah satu ulama Sufi yang terkenal dengan sebutan penghulu ulama akhirat.
Lahir di Nahuwan tahun dan wafat di Irak sekitar tahun 279 Hijriyah atau tahun 91 Masehi.
Beliau adalah salah satu tokoh sufi yang menguasai hadis dan fiqih serta dikenal sebagai tokoh kritis.
Ia dibesarkan dalam dunia tasawuf, dan merupakan seorang perumus sufisme yang Ortodoks.
Ajaran tasawufnya tidak berbeda-beda dengan pokok syariat dan menjaga kehidupan sufisme yang tetap dalam batas wajar.
Tidak melakukan perbuatan-perbuatan ganjil apalagi meninggalkan syariat. Imam Abu Qosim Junaidi Al Baghdadi berkata:
“Bagiku ibadah atau syariat adalah sesuatu yang maha penting. Orang-orang yang melakukan zina dan mencuri itu lebih baik daripada orang-orang yang berbuat ganjil dan meninggalkan syariat.“
Al Ghazali lahir di wajah pada tahun 450 Hijriyah atau 1058 Masehi dan wafat di sana pada tahun 505 Hijriyah atau 1111 Masehi.
Beliau memperoleh gelar Hujjatul Islam sebab mampu dan merupakan tokoh utama yang menyatukan sufisme dengan syariat.
Beliau juga perumus tasawuf dan membersihkannya dari unsur yang tidak Islami dan mengabdikannya kepada paham sunni atau Ahlussunnah Wal Jamaah serta tasawufnya telah memperoleh restu dari ijma’ atau kesepakatan para ulama.
Pemilihan ajaran tasawuf Imam Abu Qosim Junaidi Al Baghdadi dan Imam Al Ghazali sebagai sandaran ajaran di bidang tasawuf Ahlussunnah Wal Jamaah merupakan bukti bahwa NU sebagai pembela dan penegak ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah dan sekaligus menolak ajaran Wihdatul wujud atau Pantheisme dari Al Hallaj ( Manunggaling kawulo Gusti) yang pernah berkembang di Indonesia.
Demikianlah kajian singkat mengenai Akidah dan Tasawuf Ahlussunnah Wal Jamaah. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam