3 Alasan Nahdlatul Ulama (NU) Berdiri – Pada kesempatan kali ini, kita akan belajar mengenai sejarah tentang bagaimana proses lahirnya NU, khususnya di Indonesia.
NU sendiri merupakan organisasi Islam (ORMAS) terbesar di Indonesia, setidaknya ada 3 (tiga) alasan atau motif lahirnya Nahdlatul Ulama.
Berikut penjelasannya :
Kondisi Nusantara sebelum NU dan organisasi-organisasi Islam lainnya lahir berada dalam masa penjajahan kolonial Belanda dan Pemerintahan Hindia Belanda.
Selain mempunyai tujuan menguasai dan mengeruk kekayaan alam Indonesia, mereka juga memiliki misi khusus yaitu kristenisasi atau kebijakan menasranikan rakyat Indonesia.
Sebagaimana pendapat Gubernur Jendral Belanda pada waktu itu yakni Alexander Willem Frederik Idenburg (1909-1016).
Dari kebijakan itu muncullah tindakan nyata dari pemerintah Hindia Belanda, yaitu dengan memberikan bantuan secara besar-besaran kepada misi Katolik dan Zending Protestan (Sekolah Katolik).
Bantuan pemerintah Hindia Belanda tersebut terwujud dalam bentuk bangunan-bangunan sekolah, santunan sosial dan perhatian kesehatan masyarakat yaitu dengan cara mendirikan rumah sakit.
Dengan demikian para pemimpin umat Islam atau para ulama merasa prihatin dan terpanggil untuk melawan penjajahan Belanda.
Semakin keras kemauan perintah Hindia Belanda memberlakukan politik kristenisasi, semakin kuat pula semangat para ulama-ulama atau pemimpin umat Islam untuk melawannya.
Sejarah mencatat bahwa gerakan organisasi Islam yang kemudian muncul adalah NU (Nahdlatul Ulama), yang lahir di Surabaya pada 31 Januari Tahun 1926 M.
Dan di tahun-tahun sebelumnya juga sudah lahir beberapa organisasi-organisasi Islam, di antaranya adalah :
KH. Abdul Wahab H. |
Meskipun KH. Wahab Hasbullah bersama ulama-ulama lainnya telah melakukan banyak perjuangan melalui pendidikan dan penanaman nasionalisme, namun beliau masih memiliki keinginan untuk mendirikan sebuah organisasi yang lebih tertata dengan baik. Maka dari itu, pada tahun 1924 M, KH.
Abdul Wahab Hasbullah mengajukan ide untuk mendirikan perkumpulan ulama kepada KH. Hasyim Asy’ari yang merupakan guru dan sepenuhnya.
KH. Hasyim Asy’ari yang pada saat itu dikenal sebagai panutan ulama-ulama pesantren di Jawa Madura, belum Merestui usulan dari KH. Abdul Wahab Hasbullah.
Alasannya karena untuk mendirikan sebuah organisasi Islam perlu pemikiran yang mendalam dan perlu berkonsultasi langsung kepada para Masyayikh atau sesepuh agama, salah satunya kepada KH. Muhammad Kholil Bangkalan Madura.
Ibnu Saud |
Kemenangan Ibnu Saud atas raja Syarif Husein di tanah Hijaz membawa dampak yang besar terhadap perkembangan Islam di dunia, termasuk di Indonesia.
Ibnu Saud adalah murid Setia Muhammad bin Abdul Wahab, yaitu tokoh pendiri paham Wahabi.
Suasana di negeri Hijaz utamanya di Mekkah dan Madinah muncul larangan-larangan terkait dengan praktik ibadah seperti larangan bermazhab, larangan berziarah ke makam-makam Pahlawan Islam dan larangan praktik ibadah haji sesuai mazhab 4.
Hal tersebut membuat para ulama Ahlussunnah Wal Jamaah di tanah air termasuk KH.
Abdul Wahab Hasbullah menjadi prihatin. Dan akhirnya, beliau bersama KH. Hasyim Asy’ari membentuk Komite Hijaz .
Tugas utama komite ini adalah mempersiapkan pengiriman delegasi Islam di Mekkah dan menghubungi para ulama-ulama terkemuka di Jawa dan Madura.
Para ulama-ulama yang di bawah pimpinan oleh KH, Hasyim Asy’ari tersebut bersama-sama datang ke daerah Kertopaten Surabaya dan membuat keputusan bahwa yang menjadi delegasi komite Hijaz adalah KH.
Raden Asnawi Kudus sebagai delegasi komite Hijaz. Setelah terpilihnya KH. Raden Asnawi Kudus, kemudian timbul pertanyaan, siap yang berhak mengirim KH. Raden Asnawi dan atas nama apa?
Dan pada forum itu telah sepakat bahwa delegasi tersebut di atas namakan Jami’iyyah Nahdlatul Ulama. Nama ini atas usulan KH. Mas Alwi. Hari bersejarah tersebut jatuh pada tanggal 16 Rajab tahun 1344 Hijriyah atau bertepatan dengan 31 Januari 1926 M yang suratnya dikenang dan diperingati sebagai hari lahirnya Nahdlatul Ulama.
Baca Juga: Perkembangan Islam Pasca Kemerdekaan
Namun demikian, KH. Raden Asnawi Kudus selaku utusan komite Hijaz tidak sampai ke tanah suci karena Tertinggal kapal laut. Pada akhirnya yang kemudian berangkat adalah KH. Abdul Wahab Hasbullah dan Syekh Ghonaim Al-Misri dan berhasil bertemu dengan raja Ibnu Saud.
Misi utama delegasi Jami’iyyah Nahdlatul Ulama ini di antaranya adalah: