Wahai Saudaraku, Bekerjalah Demi Allah!
Kalau yang diniatkan hanya uang, maka yang didapat hanya sebatas uang. Itu pun belum pasti. Tapi, kalau niatnya ibadah, insyaallah rezekinya akan bertambah. Sebab, pada dasarnya Allah sudah menjamin rezeki setiap orang.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan ketika memilih pekerjaan, agar pekerjaan itu membuahkan kebaikan bagi diri kita sendiri, keluarga, dan orang banyak.
Pertama, pastikan pekerjaan itu halal. Kalau niatnya untuk beribadah, sudah barang tentu pekerjaan itu harus halal. Bagaimana mungkin kita mencitakan ridha Allah Swt. lewat upaya yang dibenci-Nya?
Banyak orang yang menganggap bahwa mencari pekerjaan halal di zaman sekarang sudah sangat sulit. Sementara itu, banyak pekerjaan haram ditemukan, hasil yang didapatkannya juga lebih banyak. Itu menjadi alasan bagi mereka untuk memilih jalan yang haram.
Menyikapi hal demikian, kita tidak perlu buru-buru terpancing. Tahanlah diri. Sebab, nafsulah yang menjadikan segala hal yang buruk terasa indah. Kelak, orang-orang yang mengikuti hawa nafsu pasti akan merugi, sebab nafsu tidak pernah membawa pengikutnya kepada hasil yang baik dan membahagiakan.
Sahabatku, masih banyak pekerjaan yang halal. Akan selalu banyak. Yakinlah!
Kedua, bermanfaat bagi orang banyak. Ini yang sangat penting kita upayakan. Kerja yang bermanfaat bagi orang banyak lebih dekat pada pertolongan Allah Swt., karena banyak orang yang mendoakan kita berhasil. Selain itu, pekerjaan yang bermanfaat tidak hanya mendatangkan keuntungan sesaat, tetapi tetap bertahan. Insyaallah.
“Adapun buih itu akan berlalu sebagai sesuatu yang tidak berharga. Sementara sesuatu yang bermanfaat bagi manusia, akan bertahan di muka bumi.” (QS. Ar-Ra’d: 17)
Kata “buih” dalam ayat di atas adalah pemisalan yang dibuat Allah Swt. untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Pekerjaan kita juga seperti itu. Kalau tidak bermanfaat akan cepat sirna tanpa arti.
Sahabatku, pekerjaan yang tidak bermanfaat bagi orang banyak pun masih bermasalah, maka bagaimana lagi dengan pekerjaan yang merugikan? Tentu akan cepat sirnanya. Banyak orang yang akan mendoakan agar pekerjaan itu hancur. Banyak juga orang yang akan datang menghentikan kita, tidak jarang berujung kekerasan.
Ketiga, jangan berfokus mencari pekerjaan, ciptakanlah pekerjaan kita sendiri. Dulu, orang akan sangat bangga kalau berhasil diangkat bekerja di perusahaan atau kantor, tapi sekarang anak-anak muda sudah memiliki pilihan yang lebih menarik, sekaligus lebih menantang. Bukan lagi sibuk mencari kerja, tapi menciptakan lapangan kerja. Wirausaha atau self-employee telah menjadi pilihan.
Kewirausahaan ini luas lapangan garapannya. Kita bisa memanfaatkan apa saja potensi atau bakat yang kita punya. Dan pasti ada bakat yang bisa menghasilkan income. Ada orang yang suaranya merdu, maka dia bekerja sebagai penyanyi. Ada yang punya bakat menulis, maka ia berfokus menulis. Ada yang punya hobi memasak, maka ia pun membuka usaha kuliner. Begitu seterusnya.
Memang, ada untung ada pula ruginya bila dibandingkan menjadi pegawai. Soal gaji, tentu pegawai mendapatkan jatah tetap tiap bulannya, sedangkan wirausahawan tidak. Itu sering menjadi alasan orang menghindari dunia wirausaha, padahal justru penghasilan yang tidak tetap itu bisa jadi peluang. Untung mana coba, orang yang tiap bulan dapat gaji dua juta atau orang yang tidak tetap gajinya: kadang tiga juta, kadang empat juta, atau bahkan lima juta?
Dunia wirausaha ini menarik dan menantang, maka hanya segelintir orang yang berani memasukinya. Padahal, kalau generasi muda kita banyak yang menggeluti, niscaya kesejahteraan bangsa kita meningkat. Yah, kalau banyak yang membuka usaha, maka semakin banyak lapangan pekerjaan, sedikit yang pengangguran.
Soal risiko, jelaslah ada, tapi kalau pekerjaan kita juga mendatangkan kebaikan bagi orang lain, insya Allah pertolongan dari Allah akan selalu bersama kita.
Nah, untungnya lagi, kalau kita bekerja sendiri, waktu kita dengan keluarga juga akan jadi lebih banyak. Tidak selamanya memang, tapi idealnya begitu. Pegawai wajib hadir di kantor atau tempat kerja 7-8 jam sehari, bahkan lebih. Sementara owner atau bosnya tidak. Bisa saja dia datang hanya 3-4 jam sehari untuk mengontrol anggotanya.
Sahabatku, walaupun saya menyukai dunia wirausaha, bukan maksud saya untuk merendahkan saudara-saudara kita yang jadi pegawai. Sebab, jalan rezeki tiap-tiap kita telah ditentukan oleh Allah Swt. Saya hanya menganjurkan untuk berupaya. Toh, memang semua orang lebih senang bisa bekerja untuk dirinya sendiri. Iya, kan?
Keempat, pekerjaan kita hendaknya bisa dilakukan tanpa rasa berat di hati. Kalau kita bisa menikmati pekerjaan, kita tidak akan merasa terbebani. Dan kalau kita beruntung mendapati pekerjaan seperti itu, semakin mudahlah kita merasa bahagia. Tidak ada hari yang menjemukan, sebab kita melakukan pekerjaan dengan riang gembira.
Kelima, bekerjalah dengan profesionalisme (itqon). Bila bekerja tanpa sikap yang profesional, maka hasil yang didapat tidak akan memuaskan. Justru, efek buruknyalah yang akan banyak muncul. Lihat saja apa jadinya pegawai yang hanya menginginkan gaji, tapi tidak bertanggung jawab. Di mana-mana banyak yang tidak beres.
Sahabatku, penting saya ingatkan lagi bahwa kita memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, tapi bukan berarti kita bergantung pada pekerjaan kita. Tidak. Ketergantungan kita haruslah tetap kepada Allah Swt. Kita bekerja hanya untuk mencapai keridhaan-Nya.
Semoga pekerjaan kita juga bernilai ibadah di sisi Allah. Dan semoga setiap tetes keringat lelah kita menjadi penggugur dosa-dosa, seperti sabda Rasulullah Saw., “Siapa yang memasuki sore harinya dalam keadaan lelah lantaran bekerja seharian, maka pada saat itu dosa-dosanya akan diampuni oleh Allah Swt.” (HR. Thabrani)