Berteman Dengan Orang Pintar dan Orang Bodoh
Ketika seseorang suka berkumpul dengan penjual minyak wangi, maka tubuhnya pun akan ikut wangi. Dan sebaliknya, ketika seseorang suka berkumpul dengan tukang pandai besi, maka tubuhnya pun akan ikut bau asap yang dapat merusak hidung dan kerongkongan.
Baca juga: Manfaat bergaul dengan orang saleh
Demikian juga dengan bergaul dengan orang berilmu dan orang bodoh. Ketika ia bergaul dengan orang yang berilmu dan saleh, maka ia akan mendapatkan ilmu dan kesalehannya. Dan sebaliknya, ketika ia suka bergaul dengan orang-orang bodoh dan rusak, maka ia akan mendapatkan kebodohan dan kerusakannya.
Tidak semua orang bodoh harus dijauhi
Di dalam kitab Al-Hikam dijelaskan, sebaik-baiknya pergaulan adalah bergaul dengan orang-orang bodoh, akan tetapi memiliki budi pekerti yang baik dan saleh. Dan sebaliknya, sejelek-jeleknya pergaulan adalah bergaul dengan orang-orang pandai, tetapi suka mengikuti hawa nafsunya.
Dari penjelasan di atas dapat diambil satu kesimpulan bahwa tidak semua orang bodoh harus dijauhi. Sebab, tidak semua orang bodoh memiliki kehinaan yang sama di mata Allah. Mungkin dari segi keilmuan ia miskin, akan tetapi dari segi akhlak atau budi pekerti, ia sangatlah kaya.
Begitu juga dengan orang pandai. Tidak semua orang pandai patut untuk dijadikan teman. Ibnu Atha'illah as-Sakandari pernah berkata:
"Kalian bersahabat dengan orang bodoh, akan tetapi tidak mengikuti hawa nafsunya, akan jauh lebih baik daripada kalian bersahabat dengan orang alim, tetapi suka sekali mengikuti hawa nafsunya. Tidak mungkin ilmu itu dimiliki oleh orang alim, apabila ia menyukai hawa nafsunya, dan di mana telak kebodohan orang bodoh yang tidak menuruti hawa nafsunya?"
Orang bodoh dan pintar memiliki kelebihan masing-masing.
Banyak sekali orang-orang yang berilmu dan pemimpin umat yang terjerumus dalam lembah hawa nafsu, karena keilmuannya tak mampu menepis godaan hawa nafsu. Melalui kepandaiannya, ia merasa mampu berhadapan dengan pengaruh dunia melalui ilmunya, akan tetapi ia lemah ketika berhadapan langsung dengan kenyataan.
Justru banyak ditemukan orang bodoh yang tanpa ilmu, lebih mudah menghindari hawa nafsu dan maksiat karena diselamatkan oleh kebodohannya sendiri.
Contoh:
Orang bodoh dan orang pintar sama-sama mencuri. Orang pintar tadi tahu bahwa mencuri adalah perbuatan haram, sedangkan orang yang bodoh tidak tahu bahwa hukum mencuri adalah haram. Maka, yang tidak berdosa adalah orang bodoh. Sebab, ia diselamatkan oleh kebodohannya sendiri, atau ketidaktahuannya mengenai hukum mencuri.
Waspadalah dengan pergaulan
Banyak sekali hadis Nabi yang memerintahkan kita untuk berteman dengan orang-orang pintar, bukan orang-orang bodoh. Akan tetapi, yang menjadi substansi dari perintah tersebut bukanlah karena kepintaran atau kebodohannya, melainkan dampak yang didapatkan ketika berteman dengan mereka.
Mungkin akan jauh lebih baik apabila kita berteman dengan orang baik, saleh, dan berilmu, agar mendapatkan pengaruh pergaulan yang positif, akan tetapi, tidak ada salahnya juga bergaul dengan orang-orang bodoh yang memiliki budi pekerti yang baik, agar kita dapat menyerap dan meniru budi pekertinya saja, bukan kebodohannya.
Dan yang terakhir, bergaullah dengan penuh kewaspadaan, serta tetap menerima teman apapun, asalkan hal itu tidak menjerumuskan pada kebatilan dan pengaruh negatif. Wallahu A’lam