Dahsyat! Pelanggan Makin Banyak Berkat Salat Ini
Tampil cantik mungkin sudah menjadi tuntutan bagi seorang wanita, apalagi jika ia sudah berstatus sebagai seorang istri. Maka, wajib hukumnya untuk tampil cantik dan selalu sedap dipandang mata di hadapan suami. Peluang inilah yang ditangkap oleh Hj. Anna Dwikora untuk membuka sebuah salon. Namun salon yang dibukanya itu bisa dibilang istimewa. Di tengah konotasi salon yang selalu diidentikkan dengan hal-hal yang berbau “X”, Hj. Anna Dwikora justru berhasil merubahnya dan hasilnya 180 derajat perubahan image pun terjadi pada salon dan para pekerjanya. Kini ibu rumah tangga yang pernah menjadi Penyiar Radio di salah satu stasiun radio FM ternama di kota Semarang era 80-an ini terus menggeluti usahanya yang dilabeli Rumah Muslimah Sakina.
Berlokasi di jalan Sukun Raya 53 Banyumanik, Semarang, ia membuka sebuah Rumah Muslimah Sakina. Tagline Cantik Islami nampaknya tak hanya sekedar jargon belaka. Hj. Anna Dwikora benar-benar menerapkannya dalam usahanya yang ia geluti semenjak Januari 2009.
“Siapa bilang untuk cantik harus menanggalkan keislaman? Toh buktinya kita tetap saja bisa tampil menawan dengan konsisten memegang syariat Islam” jawabnya saat ditanya mengenai mengapa ia memilih salon muslimah sebagai cabang usahanya. Ia juga menambahkan, bahwa di sektor salon memang sudah banyak yang buka, namun ia yakin jika salon muslimah pun akan dapat berbagi pasar dengan salon umum. “Bahkan jika dikelola dengan baik dan konsisten dengan nilai Islam, maka tak ayal salon muslimah akan lebih unggul dari salon umum” imbuhnya bersemangat.
Bicara soal tantangan memang tak akan pernah lepas dari sebuah usaha. Seperti yang pernah dialami oleh Hj. Anna Dwikora. Seringkali ia mendapati dirinya dan karyawannya diremehkan karena menggeluti dunia salon. Ada pendapat sinis yang menganggap bahwa salon muslimah tak ubahnya salon umum. Hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk terus menekuni usaha salon yang kini juga dilengkapi dengan Butik busana muslimah, pijat refleksi, serta kursus bagi muslimah yang berminat bekerja atau mendirikan salon muslimah seperti miliknya.
Pengusaha yang sukses adalah pengusaha yang sukses dunia maupun akhirat. Itulah para pengusaha yang menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam bisnisnya. Pengusaha yang baik akan selalu berhati-hati dalam menjalankan roda bisnisnya sehingga tidak tergelincir pada hal-hal yang dilarang atau dimurkai Allah. Hal ini diketahui betul oleh Anna, ia pun menerapkan konsep itu dalam peraturan salon miliknya. Walhasil, lelaki tak bisa masuk ke salonnya, sekalipun itu adalah suaminya, suami pelanggan, bahkan untuk anak-anak ia batasi hanya anak laki-laki berumur 5 tahun ke bawah yang bisa ikut masuk. Ia tak ingin ada campur baur antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim di salonnya.
Selain itu, ia juga tak menerima Pewarnaan rambut dengan warna hitam, cabut bulu tangan/kaki, sambung rambut, sanggul dan segala hal yang dalam Islam memang jelas dilarang. Peraturan yang diterapkan itu bukan tanpa resiko, ada yang justru senang dengan peraturan yang diterapkan, tapi ada pula yang tak mau lagi kembali ke salonnya. Tapi, Anna yakin rezeki akan selalu datang tanpa harus mengabaikan hukum Allah. Buktinya kini ia sudah mempunyai sekitar 900 pelanggan yang rutin ia kirimi SMS sebagai strategi bisnis dan juga sekaligus sarana berdakwah.
Anna mengaku pernah punya pengalaman yang bisa dibilang lucu sekaligus menguji kesabarannya. Saat salonnya sedang ramai, tiba-tiba saja ada seorang pelanggan yang komplain sembari berteriak-teriak untuk memancing pelanggan lain, “Ini handuk kok basah dan bau begini, gimana nih pelayanan salon muslimah?”
Tapi, akhirnya Anna tahu bahwa pelanggan yang komplain tersebut adalah owner dari salah satu salon umum yang mencoba memfitnah dan mendiskreditkan salonnya karena takut kalah saing. Anna semakin yakin bahwa Allah selalu akan menolong hambanya yang memegang teguh syariat. Anna konsisten untuk tetap berlandaskan pada nilai-nilai Islam dalam usahanya menjemput rezeki Allah. Kepada para karyawannya pun ia tekankan untuk melakukan salat dhuha sebelum memulai bekerja. Hasilnya, karyawannya pun juga merasakan hasil yang berbeda dengan keadaan sebelum terbiasa melakukan dhuha.
“Respon publik bagus kok, omzet sudah pasti bagus, nggak perlu takut kalau nggak laku. Karena kita salon muslimah, maka pelanggan mintanya kita serba lebih dari salon umum. Maksudnya: lebih sabar, lebih bersih, lebih bagus, dan sebagainya,” jelas Anna saat ditanya omzet, meski ia tak menyebut nominal pasti.
Godaan terbesar Anna yakni saat pelanggan menanyakan tentang fasilitas yang memang tak tersedia di Sakina. Padahal untuk Wax, Hair Extention, dan Sanggul sudah dipastikan bakal mendatangkan income yang menggiurkan. Tapi, karena dari awal Anna bertekad menjalankan bisnisnya sesuai dengan Islam, maka ia pun menolaknya.
Yang paling Anna juga sesalkan jika ada lulusan karyawannya atau peserta kursus dari Sakina yang akhirnya bekerja di salon umum atau menerima pekerjaan yang jelas dilarang dalam Islam.
“Sedih mas, kalau tahu mereka kerja di salon umum dan bercampur dengan lelaki yang bukan muhrim. Bahkan ada juga yang buka salon sendiri tapi bukan salon muslim. Melayani pemasangan sanggul, itu kan artinya ia membiarkan muslimah lain memperlihatkan auratnya?”