Berkat Amalan Ini, Saya Bisa Buat Novel Best Seller!
“Aku dituntut untuk dapat benar-benar membagi waktu secara cermat, menggarap tiga majalah tentu bukan perkara mudah, apalagi kelak aku harus mempertanggungjawabkan amanat itu di hadapan Allah. Sebisa mungkin aku mengelola waktuku agar tidak terbuang percuma. Saat kewajiban menggarap majalah rampung, aku mulai menulis karya berupa buku dan novel yang Alhamdulillah selalu diterima oleh Penerbit. Kesuksesan yang diterima oleh setiap manusia tentu tak lepas dari ketetapan Allah. Makanya, aku terus menjaga kepercayaan yang Allah telah berikan kepadaku dengan cara memelihara salat dhuha dan juga tahajud.”
Sebagai penulis, tentu saja ia dituntut untuk dapat menghasilkan tulisan yang berkualitas dalam tekanan deadline. Tak jarang ia begadang hingga larut malam untuk menyelesaikan sebuah naskah. Baginya, menurunnya daya tahan tubuh masih bisa disiasati dengan olah raga yang sudah menjadi rutinitas pagi hari, tapi ketakutan terbesarnya adalah “menthok” (buntu) saat bingung harus mencari ide dan merangkai kata.
Akhirnya ia pun mulai melaksanakan salat dhuha. Terkadang ia menyempatkan dua rekaat sebelum memulai aktivitasnya, namun tak jarang juga ia melaksanakan salat dhuha di musholla tempat ia bekerja. Hasilnya pun bisa dibilang menggembirakan. Kini ia lebih produktif dalam menulis. Dalam satu bulan, ia berhasil menyelesaikan tanggung jawabnya menggarap 3 majalah, sekaligus merampungkan 2 judul buku/novel yang ia kirimkan ke penerbit.
Lajang yang rencananya akan segera menikah di tahun 2011 ini mengaku, semula tak pernah berpikir bahwa hasil tulisannya akan menjadi sangat laku di pasaran, namun ternyata justru sekarang banyak bukunya yang menjadi Novel Best-Seller. Hal ini disyukurinya benar-benar. Salat dhuha pun makin ia jaga. Kini ia makin yakin bahwa Allah selalu mengapresiasi niat serta kesungguhan upaya yang dilakukan oleh hamba-Nya.
“Yang penting kita ikhlaskan saja semuanya untuk Allah, insya Allah dengan sendirinya kita akan merasakan manfaat dari ibadah kita,” ujar novelis yang akrab disapa Withpras ini.
Berkah dari bukunya yang Best Seller sangat dirasakan olehnya. Bungsu dari lima bersaudara yang lulus dari IAIN Walisongo Semarang 2005 ini, kini sudah bisa merasakan hasil jerih payahnya. Sekarang Wiwid sudah bisa mencukupi semua kebutuhan pribadinya, bahkan beberapa waktu lalu saat orangtuanya memugar rumah, ia pun mampu membantu dalam nominal yang cukup besar, selain itu ia juga bisa membantu kakaknya saat hendak membeli mobil.
Jurusan Komisi Penyiaran Islam adalah jalur yang ia tempuh semasa di IAIN Walisongo Semarang. Hal itu membuatnya getol untuk berdakwah, melalui majalah Islam di mana ia bekerja ia terus mendakwahkan semua ilmu yang dimlikinya. Selain itu, ia juga terkenal sebagai novelis yang peduli dengan dunia pendidikan di Indonesia. Semua terlihat dari sebagian besar karyanya yang hampir bisa dipastikan memasukkan pendidikan, kemiskinan, serta nilai Islam sebagai variabel dalam buku atau novelnya.
Salah satu novelnya yang menjadi karya Best Seller adalah “Orang Miskin Dilarang Sekolah” terbitan Diva Press Yogyakarta. Tak lupa sebagai seorang muslim, ia juga getol menyuarakan aqidah dalam bentuk Novel Religius, salah satu karya yang tengah coba dirampungkannya adalah kisah mengenai hebatnya Ketauhidan yang dimiliki oleh nabi yang digelari “Bapak Para Nabi” itu.
Semua yang telah ia dapatkan tak membuatnya besar kepala atau lupa akan siapa yang telah menganugerahkan padanya. Dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, Wiwid terus berupaya mendekatkan diri kepada Allah, semangat untuk terus meninggalkan kebodohan membuatnya semakin giat berkarya sebagai bentuk dakwahnya.
Salat dhuha merupakan wahana pengharapan kita akan rahmat dan nikmat Allah sepanjang hari yang akan dilalui, entah itu nikmat fisik maupun materi. Rasulullah Saw. bersabda, “Allah berfirman, ‘Wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas melakukan SALAT empat rekaat pada pagi hari, yaitu salat dhuha, niscaya nanti akan Ku-cukupi kebutuhanmu hingga sore harinya." (HR. Hakim dan Tabrani)
“Lebih dari itu, momen salat dhuha merupakan saat di mana kita mengisi kembali semangat hidup baru. Kita berharap semoga hari yang akan kita lalui menjadi hari yang lebih baik dari hari kemarin. Di sinilah, ruang kita menanam optimisme hidup. Bahwa kita tidak sendiri menjalani hidup. Ada Sang Maha Rahman yang senantiasa akan menemani kita dalam menjalani hidup sehari-hari. Inilah hidup yang riil, suatu saat kita bisa diinapkan di hotel berbintang dengan makanan yang kelihatan serba nikmat, bertemu orang-orang penting negeri ini maupun dari luar negeri, suatu waktu kita tidur beralaskan kasur tipis bahkan tikar,” ujar Wiwid.