8 Etika dalam Perjalanan Menurut Islam
1. Bermusyawarah
Bermusyawarah dengan keluarga atau orang yang akan diajak bepergian bersamanya. Hal-hal yang berkaitan dengan bepergian dapat dibicarakan dalam musyawarah tersebut. Misalnya, barang-barang yang harus dibawa, kendaraan yang akan dinaiki, dan rute bepergian yang akan dilewati.
2. Mengajak Pendamping yang Baik
Yang kedua adalah mengajak kawan atau pendamping yang baik. Sedangkan untuk wanita muslim wajib hukumnya mengajak pendamping setiap bepergian, sebab dengan adanya pendamping, bepergian akan menjadi lebih nyaman, aman dan menyenangkan. Rasulullah Saw. pernah bersabda,
“Satu orang yang bepergian adalah setan, dua orang yang bepergian adalah dua setan, sedangkan tiga orang yang bepergian adalah kafilah.” (HR. Abu Dawud)
3. Mengangkat Pemimpin
Jika bepergian dilakukan secara rombongan, pilihlah salah seorang sebagai pemimpin rombongan, penanggungjawab rombongan, atau ketua panitia. Pimpinan tersebut hendaknya yang paling luas ilmunya, baik akhlaknya dan bijaksananya. Rasulullah Saw. pernah bersabda,
“Apabila ada tiga orang yang keluar bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai pemimpin (amir).” (HR. Abu Dawud)
4. Membawa Benda yang Disunnahkan
Selanjutnya adalah membawa benda yang disunnahkan Rasulullah. Adapun barangnya yaitu gunting, siwak, tempat celak, tempat air, keperluan minum, cebok, dan wudu. Barang-barang itu digunakan baik di rumah maupun dalam bepergian.
5. Mengajak Istri atau Keluarga
Sebaiknya seorang musafir (orang yang bepergian) mengikutkan istrinya apabila ia sudah beristri. Sehingga bisa menjauhkan dari hal-hal yang tidak diinginkan dan dapat menghibur hati dikala sedih.
6. Wanita Tidak Boleh Bepergian Sendiri
Seorang wanita dilarang pergi seorang diri (dalam jarak tertentu) karena dalam bepergian dikhawatirkan dia akan banyak mengalami kesulitan, juga dikhawatirkan menimbulkan fitnah.
7. Mengembalikan Hak dan Amanah
Apabila niat bepergian sudah teguh dalam kalbunya, yang pertama kali harus dilakukan adalah melunasi utang-taungnya, atau berpesan kepada keluarganya tentang utang-piutangnya, dan mengembalikan hak dan amanat orang kepada yang berhak. Utang atau amanah tersebut hendak segera dikembalikan kepada orang yang berhak, jika belum mampu maka berpesan kepada keluarga yang ditinggalkannya.
8. Berpamitan
Yang terakhir adalah berpamitan kepada keluarga dan kerabat serta memohon doa. Sebelum berangkat bepergian, sebaiknya seorang musafir berpamitan dengan memberi ucapan selamat tinggal kepada kawan atau keluarganya. Rasulullah Saw. pernah bersabda,
“Barangsiapa yang hendak bepergian, maka ucapkanlah kepada keluarga yang ditinggalkan, ‘Aku titipkan kalian kepada Allah yang tidak akan tersia-siakan segala titipan yang ada pada-Nya.’” (HR. Ahmad)
Adab-Adab Selama Bepergian:
- Jika memungkinkan sebaiknya bepergian dimulai pada pagi hari. Nabi Saw. pernah bersabda, “Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada umatku dalam langkah mereka waktu masih pagi bersinar.” (HR. Dawud)
- Membaca doa keluar rumah.
- Membaca doa ketika berjalan atau ketika memakai kendaraan.
- Mengenal ketentuan fiqih mengenai rukhsah salat, seperti jamak dan qasar.
Adab-Adab Sesudah Bepergian:
- Bersyukur kepada Allah Swt. karena diberi kelancaran dan keselamatan sampai rumah.
- Mengerjakan salat sunah dua rakaat di masjid ketika tiba dari bepergian. Nabi Saw. bersabda, “Apabila tiba dari bepergian langsung ke masjid, lalu mengerjakan salat dua rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Usahakan jangan kembali ke rumah pada malam hari, tetapi usahakan untuk tipa pada waktu pagi. “Rasulullah melarang seseorang untuk mengetuk (pintu rumah) keluarganya pada waktu malam hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Ketika berangkat pulang, membaca doa naik kendaraan.
Itulah beberapa akhlak atau adab bepergian, baik sebelum bepergian, sedang bepergian, maupun setelah bepergian. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam