Inilah Prestasi Abu Bakar as-Siddiq, Sahabat Paling Dicintai Nabi
Beliau pun juga bertanya kepada Umar tentang bacaannya yang keras. Umar menjawab, “Untuk mengusir setan dan membangunkan orang yang sedang tidur.” Dari percakapan tersebut Rasulullah mendapatkan dua kesimpulan mengenai tata cara salat tahajud mereka. Yang pertama, Abu Bakar melirihkan bacaan salat tahajud karena ia tahu bahwa Allah adalah Zat yang Maha Mendengar. Yang kedua, Umar bin Khattab mengeraskan bacaan salat tahajudnya karena ia sengaja agar setan pergi darinya, dan orang-orang jadi terbangun ketika mendengar suaranya.
Kemudian Rasulullah Saw. berkata kepada Abu Bakar, “Keraskanlah bacaanmu meskipun hanya sedikit.” Kemudian beliau juga berkata kepada Umar, “Rendahkanlah bacaannya meskipun hanya sedikit.”
Kita tahu, Abu Bakar merupakan salah satu sahabat pilihan. Beliau termasuk orang-orang pilihan yang memeluk Islam sedari awal. Setelah Rasulullah wafat, beliau menjadi khalifah yang pertama pada tahun 632 M.
Abu Bakar dan Umar merupakan dua Sahabat yang selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Bahkan dalam masalah ibadah sekali pun, mereka memiliki tingkat kecerdasan tersendiri dalam bertindak. Tetapi masyhur dari beberapa riwayat, Abu Bakar ternyata lebih unggul dibanding dengan Umar dalam masalah kebaikan. Dan hal ini diakui sendiri oleh sahabat Umar.
Abu Bakar merupakan ayah dari Istri Nabi Saw., yaitu Aisyah. Nama Abu Bakar aslinya adalah Abdul Ka’bah, yang kemudian diubah oleh Rasulullah menjadi Abdullah. Sumber lain mengatakan Abdullah bin Abu Quhafah. Rasulullah juga memberinya gelar as-Shiddiq (berkata benar) hingga ia lebih dikenal dengan mana Abu Bakar as-Shiddiq.
Ketika peristiwa hijrah, saat Nabi pindah dari Makkah ke Madinah, Abu Bakar adalah satu-satunya orang yang menemani beliau. Dia terikat dengan Nabi Saw. secara kekeluargaan mengingat anak perempuannya, Aisyah ra. dinikahi oleh beliau beberapa saat setelah hijrah.
Abu Bakar lahir di Makkah dari keturunan Bani Tamim, suku Quraisy. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, beliau adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang terpelajar, serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi.
Berdasarkan keadaan saat itu, di mana kepercayaan yang diajarkan Nabi lebih banyak menarik minat anak-anak muda, orang miskin, kaum marjinal, dan para budak, sulit diterima bahwa dia (Abu Bakar) termasuk di antara mereka dan berhasil mengajak penduduk Makkah dan Kaum Quraisy lainnya untuk memeluk Islam.
Sebagaimana yang dialami oleh para pemeluk Islam pada masa awal, beliau juga mengalami penyiksaan yang dilakukan oleh penduduk Makkah yang mayoritas masih memeluk agama nenek moyang. Namun, penyiksaan yang paling parah adalah golongan budak. Hal inilah yang mendorong Abu Bakar untuk memerdekakan beberapa budak muslim, di antaranya yaitu Bilal bin Rabbah, Abu Fakih, Ammar, Abu Fuhaira Lubainah, an-Nahdiah, Ummu Ubays, dan Zinnira.
Karena konsep dakwah Abu Bakar yang cemerlang, Rasulullah pun sangat mencintainya dengan kecintaan yang tak terhingga. Imam Bukhari Muslim meriwayatkan dari Amru bin Ash yang menanyakan, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling engkau cintai?”
Rasulullah menjawab, “Aisyah.”
“Lalu, siapakah dari kalangan laki-laki yang paling engkau cintai, wahai Rasulullah?”
“Ayahnya (Abu Bakar),” jawab Rasulullah.
Di dalam riwayat lain, Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling setiap dalam persahabatannya denganku dan dalam hartanya adalah Abu Bakar. Andai kata aku mengambil seseorang menjadi sahabat atau kekasih, selain Tuhanku, niscaya aku akan menjadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Namun, aku jadikan dia sebagai saudara seagama yang penuh dengan cinta.”
Umar bin Khattab pernah bercerita bahwa pada suatu hari Rasulullah menyuruhnya dan Abu Bakar untuk bersedekah. Dan saat itu Umar berpikir, “Aku yakin, hari ini aku akan mendahului Abu Bakar.”
Kemudian Umar datang kepada Rasulullah dengan membawa separuh hartanya. Rasulullah pun bertanya, “Wahai Umar, apakah engkau sisakan bagi keluargamu?”
Umar menjawab, “Tentu ya Rasulullah, aku menyisakan sebagian untuk keluargaku.”
Tak selang lama, Abu Bakar datang dengan membawa seluruh hartanya. Rasulullah pun bertanya, “Apakah engkau sisakah bagi keluargamu?”
Abu Bakar menjawab, “Aku bawa semua hartaku, hanya untuk Allah dan Rasul-Nya.”
Saat itu, Umar cemburu karena tidak memiliki pikiran sebagaimana apa yang dipikirkan Abu Bakar.
“Wahai Abu Bakar, aku tidak akan lagi berlomba denganmu dalam masalah kebaikan,” saut Umar.
Kemudian Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan emas dan perak di jalan Allah, maka dirinya akan dipanggil dari pintu-pintu surga. Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan. Barangsiapa yang ahli salat, maka dipanggil dari pintu salat. Barangsiapa yang ahli sedekah, akan dipanggil dari pintu sedekah. Barangsiapa yang ahli puasa, akan dipanggil dari pintu puasa. Barangsiapa yang ahli jihad, akan dipanggil dari pintu jihad.”
Kemudian Abu Bakar bertanya, “Bagaimana dengan orang yang dipanggil dari semua pintu itu, wahai Rasulullah? Apakah dia akan dipanggil dari pintu-pintu itu satu persatu?”
“Ya. Dan aku berharap kamu adalah salah seorang dari mereka,” jawab Rasulullah (HR. Bukhari, no. 1876, 3586; Muslim, no. 2324)
Prestasi-Prestasi Khalifah Abu Bakar as-Siddiq
Saat menjadi Khalifah, Abu Bakar merupakan tokoh yang telah sukses melaksanakan kebijakan-kebijakan mulia. Di antara yang paling masyhur adalah menumpas nabi-nabi palsu. Salah satu tragedinya yaitu ketika perang Yamamah, yaitu perang yang dipimpin oleh panglima besar Khalid bin Walid dalam menumpas nabi palsu bernama Musalilamah Al-Kazab yang kala itu didukung pasukan dari Bani Hanifah. Musalilamah Al-Kazab beserta pasukan Bani Hanifah akhirnya tumbang dan kemenangan pun dipegang oleh kaum Muslimin. Tetapi, pada saat tragedi itu, banyak sekali para penghafal Al-Qur'an yang terbunuh.
Prestasi kedua beliau adalah kodifikasi Al-Qur'an. Atas usulan dari Umar, Abu Bakar diberi saran agar mulai membukukan Al-Qur'an. Karena seiring dengan tumbangnya orang-rang penghafal Al-Qur'an, maka dikhawatirkan Al-Qur'an akan lenyap.
Abu Bakar pun sempat menolak kala itu. Sebab, Rasulullah tidak pernah melakukan hal yang demikian. Tetapi pendiriannya akhirnya luluh karena penjelasan dari Umar membuat hatinya terbuka. Beliau memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan Al-Qur'an.
Setelah terkumpul, Mushaf tersebut diberikan kepada Abu Bakar. Tetapi, setelah beliau wafat, mushaf tersebut akhirnya diberikan putri dari Umar bin Khattab, Hafsah binti Umar, yang juga merupakan salah satu istri Rasulullah.
Selain kodifikasi Al-Qur'an, Abu Bakar juga telah sukses memperluas wilayah Islam. Lewat panglima perangnya, Usamah bin Zaid bin Haritsah, perluasan wilayah Islam akhirnya sampai ke Suriah, hingga merambah sampai kekaisaran Persia dan Byzantium.
Demikianlah kisah mengenai Abu Bakar as-Sidiq, beserta prestasi-prestasi yang telah beliau capai. Semoga dapat memperluas wawasan sejarah kita. Wallahu A'lam