Surat Al-Hajj: Pokok Kandungan, Keutamaan dan Manfaat
Menurut Al-Gaznawi, Surat Al-Hajj termasuk surat yang ajaib, karena ia diturunkan di waktu siang dan malam, dalam keadaan musafir dan juga mukim, ada yang diturunkan di Makkah dan juga Madinah, isinya berkaitan dengan peperangan dan juga perdamaian , serta ada ayat-ayat muhkamat dan juga mutasyabihat.
Poko Kandungan Surat Al-Hajj
Adapun pokok kandungan atau isi kandungan dari Surat Al-Hajj adalah sebagai berikut:
- Membahas tentang iman kepada hati kebangkitan;
- Menceritakan huru-hara kiamat;
- Kewajiban berhaji bagi kaum Muslimin yang mampu;
- Ibadah haji telah disyariatkan pada masa Nabi Ibrahim;
- Menjelaskan hukum berbicara dusta;
- Larangan menyembah berhala;
- Menjelaskan hukum menghalang-halangi manusia dari jalan Allah dan Masjidil Haram;
- Menjelaskan izin berperang untuk membela diri dari agama;
- Menjelaskan tanda-tanda takwa yang sampai dalam hati;
- Menjelaskan bahwa setiap agama yang dibawa Rasul memiliki syariat tertentu dan cara pelaksanaannya;
- Sikap orang kafir apabila mendengar Al-Qur’an.
Keutamaan dan Manfaat Surat Al-Hajj
Adapun Fadhilah dan Khasiat Surat Al-Hajj adalah sebagai berikut:
Pertama, termasuk Al-Matsani untuk Rasulullah, sebagai pengganti Injil.
Kedua, sebagai wasilah atau doa agar dapat melaksanakan ibadah haji di Baitullah.
Abi Abdullah telah berkata, “Barangsiapa yang membaca surat Al-Hajj di setiap tiga hari, maka ia tidak akan meninggalkan (satu) tahunnya, ia dapat pergi ke baitul-haram, dan jika ia meninggal dalam perjalanannya, maka ia masuk surga.” (Tsawabul A’mal: 137)
Ketiga, memiliki keutamaan dibanding surat yang lain.
Salah satu keutamaan Surat Al-Hajj bisa dibandingan dengan surat lainnya, yaitu karena Allah telah menempatkan dua ayat sajadah di dalamnya. Uqbah nin Amir telah bercerita bahwa pada suatu kesempatan, aku bertanya kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, apakah surat Al-hakk diberi keutamaan di dalam Al-Qur’an dengan dua sujud?”
Maka baginda menjawab, “Benar, maka barangsiapa yang tidak sujud pada keduanya (ayat sajadah), hendaklah ia tidak membacanya.” (HR. Ahmad)
Keempat, bisa dijadikan doa melawan musuh.
Ketika seseorang sedang berhadapan dengan musuh, atau merasa ada seseorang yang hendak menyakitinya, atau memfitnahnya, maka hendaknya ia membaca Surat Al-Hajj secara istiqamah, Insya Allah, musuh itu akan binasa dengan sendirinya.
Kelima, bisa digunakan untuk wasilah doa agar dicintai. Barangsiapa yang berkeinginan untuk dicintai dan disukai oleh orang banyak, maka hendaknya ia berdoa dengan membaca Surat Al-Hajj ayat 27, terutama setelah mendirikan shalat fardhu. Berikut bacaannya:
وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. Al-Hajj: 27)
Keenam, dapat mencegah orang berbuat jahat.
Segala sesuatu memang sudah ditakdirkan oleh Allah, namun manusia diwajibkan untuk berusaha. Ketika seseorang merasa ada orang yang ingin berbuat zalim, maka salah satu wasilah ialah dengan membaca Surat Al-Hajj ayat 73-74. Berikut bacaannya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَٱسْتَمِعُوا۟ لَهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَن يَخْلُقُوا۟ ذُبَابًا وَلَوِ ٱجْتَمَعُوا۟ لَهُۥ ۖ وَإِن يَسْلُبْهُمُ ٱلذُّبَابُ شَيْـًٔا لَّا يَسْتَنقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ ٱلطَّالِبُ وَٱلْمَطْلُوبُ
مَا قَدَرُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَقَوِىٌّ عَزِيزٌ
“Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS. Al-Hajj: 73)
“Mereka tidak mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj: 74)