Wahai Suami, Hargai Istri Sebelum Terlambat!
Abusyuja.com_Wahai para suami, sesungguhnya istri adalah manusia yang memiliki hati dan berbagai keinginan, bukan benda yang tak berperasaan. Ia bukanlah makhluk yang sempurna, sehingga wajarlah bila melakukan kesalahan dan kekhilafan. Begitu pula dengan kita para suami yang pernah berbuat salah. Oleh karena itu, ketika istri kita berbuat salah, alangkah baiknya jika kita tidak tergesa-gesa dan senantiasa berpikir positif dalam menghadapinya.
Sebagian suami memang suka ada yang merendahkan istrinya. Ia menganggap istrinya tidak bisa berbuat apa-apa, telat berpikir dan bekerja, serta tidak pantas dimintai pendapat. Ia menganggap apapun yang berasal darinya itu benar, sedangkan yang berasal dari istrinya itu salah, sungguh ia tidak memperhatikan perasaan istrinya jika berbicara, karena ia suka meremehkannya. Akhirnya, ia pun sering menyakiti hati sang istri. Mungkin ia menganggap bahwa sikap otoriter, egois, dan mau menang sendiri adalah bukti kelelakiannya. Atau ia berpikir, memang seperti itulah seharusnya seorang laki-laki bersikap.
Baca juga:
- Cara Memperlakukan Istri Ketika Berbuat Salah
- Nasehat untuk Suami, Lupakan Kesalahan Istri!
- Kewajiban Istri Terhadap Suami Menurut Islam
Jika diajak berbicara oleh istrinya, sebagian suami suka bersikap cuek, tidak memperhatikan perkataan istrinya, dan lebih suka memegang gadget sambil melihat media sosial, membaca koran, menonton televisi, sibuk menelepon atau menulis SMS. Jika istri mulai berbicara dan menyampaikan pendapat, maka ia langsung memotongnya.
Wahai para suami, memang benar bahwa pada umumnya wanita itu peka dan lebih mendahulukan perasaan daripada akal, namun hal ini bukan berarti kita dapat merendahkan wanita dan menghinanya. Seorang istri bukan pembantu yang dapat diperlakukan sesuka hati, yang tugasnya hanya memasak, mencuci, merawat anak, dan mengurus pekerjaan rumah lainnya. Istri juga dapat menjadi sahabat dalam berbagi suka dan duka, teman mengarungi bahtera kehidupan kita, rekan kerja, dan lain sebagainya.
Seorang Istri tempatnya bukanlah di bawah kaki, sehingga layak untuk di injak-injak. Istri bisa menjadi tempat mencurahkan segala kegundahan, meminta pendapat tentang permasalahan, dan memberikan segala kasih sayang. Contohlah Rasulullah yang sering meminta pendapat istrinya ketika sedang menghadapi suatu permasalahan.
Dikisahkan bahwa suatu ketika Rasulullah dan para sahabat dihadang oleh orang-orang kafir Quraisy di hudaibiyah, sehingga tidak bisa melaksanakan ibadah umrah. Lalu Rasulullah pun mengadakan perjanjian hudaibiyah dimana isi perjanjian secara zhahir menguntungkan kaum kafir dan merugikan kaum muslimin. Hal itu membuat sebagian sahabat marah.
Karena tidak bisa melaksanakan ibadah umrah, mereka harus bertahan di hudaibiyah. Rasulullah Saw. memerintahkan para sahabatnya untuk menyembelih binatang kurban dan mencukur rambut mereka, tapi tidak ada seorangpun dari mereka yang berdiri melaksanakan perintah itu, bahkan Rasulullah Saw. sempat mengulang perintah tersebut sebanyak 3 kali.
Melihat kemarahan para sahabatnya, Rasulullah Saw. datang menemui Ummu Salamah dan menceritakan hal tersebut. Ummu Salamah lantas memberi pendapat, "Keluarlah dari tenda dan janganlah engkau berbicara dengan seorang pun dari mereka, lalu sembelihlah unta dan panggilan tukang cukur untuk mencukur rambut."
Rasulullah Saw. akhirnya segera keluar dari tenda tanpa berbicara dengan seorang sahabat pun, lalu baginda memanggil tukang cukur agar mencukur rambutnya, akhirnya para sahabat melihat apa yang dilakukan Nabi Saw., dan mereka pun segera berdiri menyembelih binatang kurban serta mencukur rambutnya.
Bukan hanya Rasulullah, para sahabat pun juga mendiskusikan urusan mereka dengan meminta pendapat kepada istri-istrinya.