Sejarah Radikalisme Agama & Penyebabnya
Daftar Isi
Secara terminologi, Radikalisme agama berarti perilaku keagamaan yang menyalahi syariat, mengambil karakter keras sekali antara dua pihak yang bertikai, bertujuan merealisasikan target-target tertentu atau mengubah situasi sosial tertentu dengan cara yang menyalahi aturan agama.
Baca juga:
- Doktrin Radikal Jama'ah Islamiyah (JI) Indonesia
- Mengenal Seluk Beluk FPI (Front Pembela Islam)
- Mengenal Hizbut Tahrir Dalam Menegakkan Khilafah
Cara-cara kekerasan dan teror adalah salah satu cara yang sering digunakan kelompok radikal untuk mencapai tujuannya. Radikalisme agama, sebagai fenomena, merupakan semacam kegelisahan berlebih-lebihan yang dialami seseorang. Hal itu adakalanya karena pikiran yang hampa, dan adakalanya karena pandangan pesimis sebagai akibat ketidaktahuan pada hukum-hukum agama.
Rasulullah Saw. menyebut, kelompok Radikalisme ekstrim akan binasa. Dalam hadis riwayat Ibn Abbas Ra., beliau bersabda : "Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam agama. Sesungguhnya umat sebelum kalian binasa karena berlebih-lebihan dalam agama." (HR. Ahmad, an-Nasai dan Ibnu Majah. Sanadnya shahih sesuai syarat Imam Muslim).
Sejarah Radikalisme Agama
Sumber gambar : robrogers.com |
Kronologi singkat Radikalisme Khawarij sebagai benih gerakan radikal dalam sejarah umat Islam sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abu Zahra, adalah sebagai berikut:
- Mendesak Sayyidina Ali Ra. untuk damai dengan Muawiyah di penghujung kemenangan perang Siffin.
- Menentukan juru damai, yaitu Abu Musa al-Asy'ari daripada pilihan Sayyidina Ali, yaitu Abdullah bin Abbas.
- Pasca kekalahan menganggap Sayyidina Ali Ra. melakukan dosa besar dan menyuruh tobat darinya, bahkan menganggapnya telah kafir.
- Mengoar-ngoarkan jargon "tidak ada hukum kecuali milik Allah."
- Menjadi aliran yang paling ekstrim dalam memaksakan pendapatnya kepada pihak lain.
Penyebab Radikalisme
Radikalisme dalam sekte Khawarij berangkat dari sebab-sebab sebagaimana berikut :- Tekstualis: berangkat dari kebencian terhadap Ali Ra., Utsman Ra., dan Bani Umayyah, secara tidak sadar mereka tertutup dari ajaran-ajaran agama, memahaminya secara tekstual, dan menghalalkan darah kaum Muslimin.
- Ekstrim/militan: suka tantangan, bahaya, mengorbankan nyawa demi alasan yang tidak relevan (dafi' qawwi).
- Frustasi: penuh keputusasaan dan kebingungan.
- Primitf: lingkungan dan pola pikirnya.
Bahaya Radikalisme
Radikalisme Khawarij pada masa awal kemunculannya telah menebar teror dan aksi anarkis terhadap umat Islam, seperti pembunuhan terhadap Abdullah bin Khabbab Ra. karena tidak menganggap Sayyidina Ali Ra. telah musyrik dan meyakininya sebagai perintah al-Qur'an, pengafiran terhadap orang yang tidak sepaham dengannya, pembunuhan kaum muslimin dan semisalnya.Begitu pula Radikalisme modern. Berangkat dari pemahaman yang tekstualis, ekstrim, tidak menerima perbedaan, serampangan dalam menyesatkan, membid'ahkan, dan mengkafirkan orang lain yang berbeda penafsiran dengannya, kemudian pada gilirannya berpotensi besar menebar kebencian dan melancarkan aksi-aksi anarkis-teroris yang mengancam keutuhan bangsa.
Radikalisme di Indonesia
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa aliran yang tergolong keras dan Radikal. Salah satunya adalah Jamaah Islamiyah (JI). JI merupakan organisasi yang sering terlibat dengan kasus pengeboman di beberapa wilayah, seperti Bom Bali I, Bom Bali II, Bom Gereja, dan masih banyak lagi.Pemikiran yang dangkal membuat beberapa orang lebih tertarik mengorbankan nyawanya demi meminang surga yang telah dijanjikan oleh mereka, bukan yang dijanjikan oleh Allah Swt. Padahal sudah sangat jelas, bunuh diri merupakan perbuatan yang sangat tercela. Bagaimana bisa perbuatan yang tercela dapat membawanya ke surga?
Seperti kasus Bom Bali, puluhan orang meninggal dan ratusan orang luka-luka. Tidak hanya wisatawan yang terbunuh, tetapi beberapa saudara muslim juga terbunuh. Demi sebuah jihad yang dangkal, mereka seakan-akan berambisi untuk merasa gagah dan bangga menyerahkan segalanya termasuk nyawanya sendiri. Kemudian menghalalkan segala cara termasuk menghalalkan darah saudaranya sendiri (korban muslim) demi surga yang dijanjikan oleh majikannya.