Pokok Ajaran Tauhid Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahab
Daftar Isi
- Dengan Tauhid rububiyah, mereka menganggap bahwa orang yang bertawassul dengan para abi, Wali dan orang-orang Saleh itu sama saja dengan orang kafir jahiliyah karena sama-sama bertauhid rububiyah, sama-sama meyakini bahwasanya Allah SWT yang menciptakan, menguasai dan mengatur alam semesta. Bahkan kafir jahiliyah seperti Abu Jahal dan Abu Lahab dianggap lebih beriman dan bertakwa daripada orang yang bertawassul. Dalilnya, orang yang bertawassul hanya berdoa kepada Allah di waktu senang saja, sedangkan di saat kesusahan mereka melalaikan Allah tapi justru meminta dan berdoa kepada para Nabi dan Wali. Sedangkan kafir jahiliyah selain meyakini hanya Allah yang menghidupkan, memberi rezeki dan mengatur alam semesta, di saat susah mereka hanya berdoa dan meminta kepada Allah dan meninggalkan berhala yang disembahnya. Konsekuensinya mereka menganggap bahwa orang yang bertawassul itu lebih musyrik, lebih halal darah dan hartanya dan lebih wajib diperangi daripada orang kafir jahiliyah. Kesimpulannya, dalam tauhid rububiyah ini orang yang bertawassul lebih rendah derajatnya daripada tauhid rububiyah kafir jahiliyah.
- Dengan Tauhid uluhiyah, mereka menganggap bahwa orang yang bertawassul itu sama sekali tidak mentauhidkan Allah, karena melakukan tawassul yang berarti menyembah dan berdoa kepada selain Allah. Orang tidak dianggap beragama Islam kecuali bertauhid uluhiyah. Jika hanya memiliki Tauhid rububiyah saja, maka tidak cukup menjadikannya sebagai standar keislaman.
- Dengan tauhid asma wa sifat, mereka menganggap bahwa ta'wil pada nash ayat dan hadits mutasyabihat merupakan penyimpangan terhadapnya, Sehingga ulama yang melakukannya dan orang yang mempercayainya akan di vonis sesat dan menyesatkan. Selain itu mereka juga menganggap bahwa orang yang tidak mengimani tauhid asma wa sifat berarti telah menafikan sifat-sifat Allah yang sangat banyak yang tercantum dalam al-Qur'an dan al-Hadits.
Itulah tadi pembahasan singkat mengenai Pokok Ajaran Tauhid Ibnu Taimiyyah dan Muhammad bin Abdul Wahab. Semoga bermanfaat.