Niat Wudunya Wanita Mustahadhah Arab, Latin, dan Artinya
Menyinggung soal pembahasan utama, bagaimanakah cara wanita mustahadhah (wanita yang mengeluarkan darah istihadhah) melafalkan niat saat wudu? Sebagaimana lazimnya, ada kalanya dara keluar terputus-putus, tetapi ada juga yang terus menerus. Sementara dalam berwudu, kebanyakan dari mereka berniat dengan نَوَيْتُ الْوُضُوْءَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَصْغَرِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى.
Sebetulnya bagaimana cara niat wudu bagi wanita mustahadhah? Berikut jawabannya:
Niat wudu bagi wanita mustahadhah hukumnya diperinci:
Pertama, ketika wudunya dalam keadaan daim hadas (hadas yang selalu menyertai, selalu tersambung, selalu melekat, dan sejenisnya), dikarenakan darahnya yang terus mengalir, maka niatnya adalah:
نَوَيْتُ اْلوُضُوْءَ لِاسْتِبَاحَةِ الصَّلاَةِ لِلَّهِ تَعَالَى
NAWAITUL WUDHU-A LI ISTIBAA HATISH SHALAATI LILLAHI TA’AALA
Anda juga bisa melafalkannya dalam bahasa Indonesia, “ Saya niat wudu agar dibolehkan mendirikan salat karena Allah Taala.”
Hal ini juga berlaku untuk ibadah lain yang membutuhkan wudu, seperti tawaf atau menyentuh mushaf. Dan bisa digabungkan. Seperti ini niatnya:
نَوَيْتُ اْلوُضُوْءَ لِاسْتِبَاحَةِ الصَّلاَةِ, لِاسْتِبَاحَةِ الطَّوَافِ, لِاسْتِبَاحَةِ مَسِّ اْلمُصْحَفِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
NAWAITUL WUDHU-A LI ISTIBAA HATISH SHALAATI, LI ISTIBAA HATITH THAWAAFI, LI ISTIBAA HATI MASHUL MUSH-HAFI LILLAHI TA’AALA
Kedua, apabila wudunya tidak dalam kondisi keluar darah (tidak daim hadas), maka niatnya seperti wudu biasa.
Sedikit catatan saja, wanita mustahadhah yang termasuk kategori daim hadas atau daim al-hadas adalah wanita yang daranya keluar secara terus menerus, sampai tidak ada waktu cukup untuk melaksanakan salat dan bersuci. Jika masih dimungkinkan ada jeda waktu tidak keluar darah, maka wajib bersuci waktu tersebut.
Adapun dalilnya adalah sebagai berikut:
Dalam kitab Al-Iqna’ karangan Syekh Syamsudin Muhammad al-Khatib al-Syarbani dijelaskan:
“Orang yang terus menerus hadas, seperti wanita istihadah dan orang beser kencing atau kentut, maka niat bersucinya adalah memperbolehkan salat (لِاسْتِبَاحَةِ الصَّلاَةِ), bukan niat menghilangkan hadas (لِرَفْعِالْحَدَثِ).” (Al-Iqna’, Juz 1: 25)
Di dalam kitab Al-Fatawi al-Kubra al-Fiqhiyyati karangan Al-Imam Syihabuddin ibnu Hajar al-Haitami juga dijelaskan:
“Imam Ibnu Hajar ditanya tentang wanita mustahadhah yang biasanya darahnya terputus-putus, sedangkan waktu berhentinya darah bisa memungkinkan untuknya berwudu. Apakah wudunya termasuk wudu darurat, sehingga tidak sah niat menghilangkan hadas. Atau wudu normal sehingga sah niat menghilangkan hadas? Beliau kemudian menjawab, ‘Wudunya normal (seperti orang biasa).’” (Al-Fatawi al-Kubra al-Fiqhiyyati, juz 1: 188)
Sebagian wanita ada yang memiliki pemahaman bahwa ketika darah keluar, maka ia tidak diwajibkan salat. Padahal pemahaman semacam itu tidak dibenarkan alias harus diperjelas dan diperinci.
Wanita haid memang diharamkan salat dan melakukan beberapa ibadah lain, akan tetapi ketika wanita tersebut hanya mengeluarkan darah istihadhah, maka ia tetap diwajibkan salat.
Itulah pembahasan singkat mengenai cara niat wudu bagi wanita mustahadhah lengkap dengan dalilnya. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam
Sumber gambar: piqsels.com