Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah di Mekkah
Daftar Isi
Baca juga :
- Rangkuman Sejarah Dakwah Nabi Muhammad di Madinah
- Keberhasilan Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah
- Strategi Dakwah Rasulullah di Madinah
Pada mulanya, dakwah Rasulullah SAW di Mekkah dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini dilakukan untuk menghindari munculnya gejolak frontal yang sangat mungkin terjadi di masyarakat. Dakwah secara sembunyi-sembunyi pertama kali dilakukan di seputar keluarga dekat Rasulullah SAW saja. Selain itu, juga dilakukan di kalangan orang-orang tertindas, lemah, dan yang membutuhkan pertolongan.
Selain Khadijah, orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan keluarganya adalah Ali bin Abi Thalib. Sedangkan dari kalangan budak adalah Zaid bin Harisah. Dari kalangan teman dekatnya adalah Attiq bin Usman, yang kemudian dikenal dengan nama Abu Bakar. Hanya Empat orang inilah yang menjadi pengikut Nabi selama beliau berdakwah selama 3 tahun. Dengan perantara temannya, Abu Bakar, banyak orang yang ikut masuk Islam. Diantaranya adalah Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah bin Jarrah, Abdurrahman bin Auf, Arqam bin Abil Arqam, Fatimah binti Khattab(adik Umat bin Khattab), Said bin Zaid al-Adawi (suami Fatimah binti Khattab), dan lainnya. Setelah itu, Rasulullah SAW melakukan dakwahnya secara terang-terangan.
Dakwah secara terang-terangan menjadi pintu ujian terberat yang dialami Rasulullah SAW beserta pengikut-pengikutnya. Aksi dakwahnya pertama kali di tunjukkan kepada keluarga besarnya, yakni kalangan bani Hasyim. Pada waktu itu dakwahnya dikemas dalam bentuk acara jamuan makan malam sederhana. Ketika itu Rasulullah SAW setidaknya mengundang beberapa tokoh (kurang lebihnya empat puluh tokoh) kabilah Bani Hasyim untuk makan malam bersamanya. Dalam acara tersebut Rasulullah SAW menjelaskan tentang kebenaran yang telah datang kepadanya. Beliau mengajak kabilah Bani Hasyim untuk mengikuti kebenaran itu. Tetapi hasilnya, mereka tidak menerima ajakan Rasulullah SAW, bahkan meninggalkan tempat sebelum acara tersebut berakhir.
Di lain waktu, acara tersebut diadakan kembali, kali ini para tamu undangan mulai mendengarkan perkataan beliau. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang meresponnya secara positif. Kenyataan itu tak membuat Rasulullah SAW beserta para pengikutnya patah arang. Dakwahnya semakin diperlebar. Hingga pada suatu ketika, Rasulullah SAW melakukan ceramah atau pidato terbuka di bukit Sofa. Pidato itu berisi perihal kerasulannya. Ia memanggil seluruh penduduk Mekkah dan mengabarkan kepada mereka bahwa dirinya adalah utusan Allah SWT. Beliau mengatakan bahwa dirinya diutus untuk mengajak mereka untuk meninggalkan paganisme (penyembahan terhadap berhala). Beliau menegaskan bahwa Tuhan yang wajib disembah adalah hanyalah Allah, Tuhan yang Maha Yang Maha Esa. Mendengar hal itu, masyarakat Quraisy tersentak kaget. Mereka sangat marah karena hal itu sangat menghina tradisi dan kehormatan mereka. Para pembesar Quraisy membentak dan memaki-mak Rasulullah dengan keras. Mereka menganggap bahwa Muhammad adalah orang gila. Bahkan pamannya sendiri pun,
Abu Lahab mengancamnya dengan keras. Peristiwa menumental ini dapat anda simak dalam Al-Qur'an surat al-Lahab yang turun pada waktu itu.
Inilah konsekuensi yang harus diterima Rasulullah SAW. Ia mesti kuat dan tabah dalam menjalani kewajiban sebagai Rasul Allah. Seiring berjalannya waktu, dakwah secara terang-terangan terus beliau lakukan. Bersamaan dengan itu pula, perlawanan dari pembesar Quraisy seperti Abu Sufyan, Abu Lahab, Abu Jahal, Umayah, dan Utbah bin Rabi'ah semakin gencar. Mereka mulia memusuhi secara diam-diam Rasulullah SAW dan para pengikutnya.
Para pengikutnya dari kalangan kaum lemah dan tertindas sering mendapatkan siksaan yang berat. Sedangkan Rasulullah SAW sendiri, meskipun beliau mendapatkan perlindungan dari Abu Thalib, tekanan demi tekanan tetap saja dialaminya. Mereka tidak lagi memandang bahwa Muhammad adalah anggota kabilah Bani Hasyimyang berkedudukan istimewa dikalangan Quraisy. Sehingga ia harus dihormati dan dihargai. Hanya saja, tekanan mereka terhadap Rasulullah SAW tidak serta merta mereka lakukan secara terang-terangan dan terbuka. Mereka masih menghargai Abu Thalib, dan para anggota kabilah Bani Hasyim yang lainnya.
Itulah pembahasan mengenai Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah di Mekkah. Semoga dapat menambah wawasan anda. Wallahu A'lam